Rabu, 5 Februari 2014


kumpulan 10
SEJARAH & SUMBANGAN AL-BIRUNI TERHADAP PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM DI DUNIA.



PENDAHULUAN
                                             
          Kelahiran Islam di kota Makkah dan kemunculan kerajaan Islam pertama di Madinah merupakan detik bersejarah kelahiran satu tamadun baru yang telah merubah sejarah dunia. Tamadun ini bukan sahaja telah berjaya merubah corak dan budaya hidup masyarakat Arab Pra-Islam yang bertuankan nafsu dan kejahiliyahan kepada cara hidup baru yang bertunjangkan akhlak dan peradaban tinggi malah ia juga turut merubah geo-politik dunia.
          Dengan asuhan dan bimbingan Rasulullah s.a.w. dan kemudiannya diteruskan oleh para sahabat (s.a.w), penduduk Tanah Arab yang terdiri daripada berbagai bangsa dan keturunan berjaya disatukan dengan ikatan akidah dan ukhuwwah Islamiyah. Mereka muncul sebagai satu umat yang berakhlak, berketerampilan dan sedia berkorban demi Islam. Dalam tempoh waktu yang singkat, kuasa besar Rom dan Parsi yang dulunya memandang remeh terhadap bangsa Arab kini terpaksa tunduk kepada kekuasaan Islam. Oleh itu dari abad ke 7 hingga ke 18 Masihi, dunia telah didominasi dan dicorak oleh tamadun Islam. Dalam jangka masa tersebut khususnya pada abad ke 9 hingga ke 13 Masihi, sejarah telah merakamkan bagaimana tamadun Islam telah melahirkan ramai sarjana ulung dalam berbagai ilmu pengetahuan.
              Pada waktu itu kemajuan ilmu sains dan teknologi serta ilmu-ilmu yang lain yang dimiliki oleh dunia Islam tiada dapat ditandingi oleh mana-mana bangsa atau negara. Di setiap ibu kota pemerintahan Islam khususnya Baghdad (di Asia), Cordova (di Eropah) dan Iskandariah (di Afrika), kegiatan keilmuan dan kebudayaan berlaku dengan bersemarak serta disertai segenap lapisan masyarakat. Ramai sarjana dan pelajar dari negara luar khususnya daripada negara-negara Kristian Eropah datang untuk mempelajari serta mendalami berbagai bidang dan cabang ilmu pengetahuan.

             Di sepanjang sejarah kegemilangan tamadun Islam, para sarjana Muslim dan sarjana non-Muslim yang bernaung di bawah pemerintahan Islam telah berjaya membuat kemajuan dan pencapaian dalam bidang ilmu pengetahuan serta sains dan teknologi. Mereka telah menempa satu sejarah tamadun kemanusiaan yang amat mengagumkan meliputi aspek politik, sosial dan ekonomi.





ISI KANDUNGAN






 Abu Raihan Muhammad bin Ahmad Al-Biruni
(973 - 1048)


1.    Sejarah latar belakang Al-Biruni
          Abu Raihan Muhammad bin Ahmad Al-Biruni, ilmuwan besar ini dilahirkan pada 362 H atau bulan September 973 M, di desa Khath yang merupakan ibu kota kerajaan Khawarizm, Turkmenistan (kini kota Kiva, wilayah Uzbekistan). Ia lebih dikenal dengan nama Al-Biruni. Nama "Al-Biruni" sendiri berarti 'asing', yang dinisbahkan kepada wilayah tempat tanah kelahirannya, yakni Turkmenistan. Ketika itu, wilayah ini memang dikhususkan menjadi pemukiman bagi orang-orang asing.
Beliau dibesarkan dalam keluarga yang taat beragama, Al-Biruni tumbuh dan besar dalam lingkungan yang mencintai ilmu pengetahuan. Meskipun tidak banyak diketahui tentang masa mudanya, termasuk pendidikan formalnya, namun ulama yang tawadlu ini dikenal amat mencintai ilmu dan gemar membaca dan menulis sejak remaja. Tidak heran ketika beliau di usia muda beliau tersohor sebagai seorang ahli di banyak bidang ilmu. Ketika berusia 17 tahun, beliau meneliti garis lintang bagi Kath, Khwarazm, dengan menggunakan altitude maksima matahari. Ketika berusia 22 tahun, beliau menulis beberapa hasil kerja ringkas, termasuk kajian proyeksi peta, "Kartografi", yang termasuk metodologi untuk membuat proyeksi belahan bumi pada bidang datar. 
Apabila berusia 27 tahun, dia telah menulis buku berjudul "Kronologi" yang merujuk kepada hasil kerja lain yang dihasilkan oleh beliau (sekarang tiada lagi) termasuk sebuah buku tentang astrolab, sebuah buku tentang sistem desimal, 4 buku tentang pengkajian bintang, dan 2 buku tentang sejarah.  Beliau membuat penelitian radius bumi kepada 6.339,6 kilometer (hasil ini diulang di Barat pada abad ke 16).
Sebagai ilmuwan ulung, Al-Biruni tidak berhenti mengais ilmu, termasuk dalam setiap penjelajahannya ke beberapa negeri. Penjelajahan tokoh ini pertama kali ke daerah Jurjan, dekat Laut Kaspia (Asia Tengah).
Al-Biruni melanglang buana hingga ke India bersama kumpulan ekspedisi Sultan Mahmoud. Di sini, ia banyak menyalurkan karya tulis, baik berupa buku mahupun artikel ilmiah yang di sampaikannya dalam beberapa pertemuan. Selain menghasilkan karya, penjelajahan bersama sang Sultan ini juga menghasilkan dibukanya kawasan India bahagian timur ini sebagai basis baru dakwah Islam Al-Biruni.
Dalam rangkaian 'tur' nya di India ini, Al Biruni memanfaatkan waktu terluang bagi penelitian sekitar adat istiadat dan perilaku masyarakat setempat. Dari penelitiannya, beberapa karya telah beliau tulis. Tidak hanya itu, Al-Biruni pula yang pertama memperkenalkan permainan catur 'ala' India ke negeri-negeri Islam, serta menjelaskan malah trigonometri lanjutan dalam karyanya, Tahqiq Al-Hind.
Kepiawaian dan kecerdasan Al-Biruni merangsang dirinya mendalami sekitar ilmu astronomi. Ia mulai memberikan perhatian yang besar terhadap kemungkinan gerak bumi mengelilingi matahari.
Ketika seorang ilmuwan, kata Al-Biruni, akan memutuskan untuk membezakan kebenaran dan kepalsuan, dia harus menyelidik dan mempelajari alam. Kalau pun ia tidak memerlukan hal ini, maka ia perlu berfikir tentang hukum alam yang mengatur cara-cara kerja alam semesta. Ini akan dapat mengarahkannya untuk mengetahui kebenaran dan membuka jalan baginya untuk mengetahui Wujud' yang mengaturnya.
Dalam bukunya, A1-Jamahir, Al-Biruni juga menegaskan, "penglihatan menghubungkan apa yang kita lihat dengan tanda-tanda kebijaksanaan Allah dalam ciptaan-Nya. Dari penciptaan alam tersebut kita menyimpulkan eksistensi Allah." Prinsip ini dipegang teguh dalam setiap penyelidikannya. Ia tetap kritikal dan tidak memutlakkan metodologi dan hasil penelitiannya.
Pandangan Al-Biruni ini berbeza sekali dengan pandangan saintis Barat moden yang melepaskan sains dari agama. Pandangan mereka tentang alam berusaha menafikan keberadaan Allah sebagai pencipta.
Keberhasilan Al-Biruni di bidang sains dan ilmu pengetahuan ini membuat decak kagum dikalangan Barat. Max Mayerhof misalnya mengatakan, "Abu Raihan Muhammad lbn Al-Biruni dijuluki Master, dokter, astronomi, matermatika, ahli fizik, ahli geografi, dan sejarahwan. Pengakuan senada juga dilontarkan sejarahwan asal India, Si J.N. Sircar.
Seperti dikutip Jamal Ahmed, ia menulis, "Hanya sedikit yang memahami fizik dan matermatika. Di antara yang sedikit itu yang terbesar di Asia adalah Al Biruni, sekaligus filsuf dan ilmuwan. Ia unggul sekaligus di kedua bidang tersebut". Tokoh dan ilmuwan besar ini akhirnya menghadap Sang Ilahi Rabbi pada 1048 M, dalam usia 75 tahun di Ghazna (kini wilayah Afganistan).


1.    Sumbangan Al-Biruni terhadap perkembangan peradaban  Islam di dunia.

Karya Al-Biruni
Selama hidupnya, al-Biruni menghasilkan karya besar dalam bidang Astronomi lewat Masudic Canon yang didedikasikan kepada putra Mahmud, yaitu Ma’sud. Al-Biruni juga banyak menulis buku astrologi, yaitu The Elements of Astrology. Pada tahun 1031, dia merampungkan ensiklopedia astronomi yang sangat panjang, Al-Qanun Al-Mas’udi.
Ia juga yang menduga galaksi Bima Sakti adalah kumpulan sejumlah bintang. Al-Biruni merupakan ilmuwan yang pertama kali membedakan istilah astronomi dengan astrologi. Dalam ilmu bumi, ia dinobatkan sebagai “Bapak Geodesi”. Dia juga memberi kontribusi signifikan kartografi, geologi, geografi dan mineralogi.
Pada usia 27 tahun, dia telah menulis buku sejarah yang berjudul Chronology. Sayangnya, buku ini telah hilang. Dia juga memberikan sumbangan yang signifikan bagi pengembangan matematika, khususnya dalam bidang teori dan praktik aritmetika, bilangan irasional, teori rasio, geometri, dan lain sebagainya.
Al-Biruni juga berhasil membuat karya dalam bidang geologi. Salah satunya tentang geologi India (Fi Tahqiq ma Li’I-Hind) atau penelitian tentang India. Dia membedakan metode saintifik dengan metode historis. Al-Biruni tercatat sebagai pelopor eksperimental lewat penemuan konsep reaksi waktu.
Sementara dalam bidang mineralogi, ia menulis kitab berjudul Al-Jawahir atau Book of Precious Stones yang menjelaskan beragam mineral. Al-Biruni bersama Ibnu Haitham termasuk ilmuwan pertama yang mengkaji dan mempelajari ilmu optik. Dialah yang pertama kali menemukan bahawa kecepatan cahaya lebih cepat dari kecepatan suara.

1.      Dalam Bidang Fizik dan Matematika.
Dalam perlindungan Sultan Mas’udi, Al-Biruni menyelesaikan bukunya yang amat berharga tentang ilmu perbintangan, matematika, dan geografi: “Al-Qanun fi’Ulumi Al-Haiati Wal-Nujumi”. Dalam buku ini Al-Biruni membuktikan bahawa bumi bulat, planet dan bintang bulat, baik yang tidak bergerak mahupun yang bergerak, kemudian berputar mengelilingi matahari dan bulan berdasarkan garis paksi mengelilingi bumi. Dia menemukan gerakan kerak bumi yang berputar condong, dan gerakan peredaran bumi mengelilingi matahari dalam satu tahun. Ia mengemukakan konsep kekuatan grafitasi bumi, yang merupakan satu bukti bahawa bumi berputar pada paksinya. Dalam “Al-Qanun’, Al-Biruni membuktikan bahawa bintang bergerak mengelilingi poros rasi bintang. Al-Biruni menciptakan metode matematika yang baru untuk menentukan empat arah mata angin, dimana pun juga manusia berada di bumi, di darat, mahupun di laut. Dalam “Al-Qanun”, Al-Biruni menyajikan daftar-daftar matematika, yang mempergunakan segitiga sama kaki, dibuat dari lempengan yang panjang yang dilakukan dengan bentuk geometris secara teratur (simetris).
      Dalam bidang matematika, Dia memberikan sumbangan yang signifikan bagi pengembangan matematika khususnya dalam bidang teori dan praktik aritmatika, bilangan aritmatika, teori rasio, geometri dan lainnya. Sumbangan terbesar Al-Biruni adalah pemikirannya dalam bidang matematika iaitu konsep besar sudut segitiga 180odan memperkirakan nilai π adalah 3.14 dan nilai 0,68 untuk sin (40 dg).
Dalam pengamatan Al-biruni dikatakan bahawa benda yang bergerak cepat dapat menyusul benda yang mendahuluinya seperti bulan yang mendahului matahari kerana gerak bulan jauh lebih cepat dari matahari. Sebagai seorang fizik, Al-Biruni memberikan sumbangan penting bagi pengukuran jenis berat (specific gravity) berbagai zat dengan hasil perhitungan yang cermat. Konsep ini sesuai dengan prinsip dasar yang ia yakini bahawa seluruh benda tertarik oleh gaya graviti.

2.      Dalam Bidang Astronomi
Pada 1031 M, dia merampungkan explopedia astronomi yang sangat panjang berjudul Kitab Al-Qanun Al Mas'udi. Karya Al-Biruni ini memuat secara komprehensif dan terperinci hasil karya tentang astronomi. 
Penemuan Al-Biruni dalam bidang astronomi adalah astrolobe, salah satu instrumen untuk mengetahui posisi sebuah planet. Dengan menggunakan astrolobe, posisi terdekat dan terjauh sebuah planet dan bintang-bintang dapat ditentukan. Al-Biruni juga diakui sebagai astronomi yang mengatakan bahawa bumi berputar pada paksinya. Bumi juga memiliki graviti atau daya tarik.
Al-Biruni diakui sebagai seorang yang berhasil melakukan observasi astronomi dengan tingkat ketepatan dan ketelitian yang luar biasa. Karya al-Battani dalam bidang ini berjudul Mengenai Sains Bintang. Karya ini di Barat diterjemahkan dengan judul De Scientia Stellarum.

3.      Dalam Bidang Astrologi
Al-Biruni merupakan ilmuwan yang pertama kali membezakan istilah astronomi dengan astrologi. Hal itu dilakukannya pada abad ke-11 M. Al-Biruni juga menghasilkan beberapa karya yang penting dalam bidang astrologi. Al-Biruni juga menghasilkan sejumlah sumbangan bagi pengembangan Ilmu Bumi. Atas peranannya dia dinobatkan sebagai 'Bapak Geodesi'. Dia juga memberi kontroversi signifikan dalam kartografi, geografi, geologi, serta mineralogi.

4.      Dalam Bidang Optik
Dalam bidang optik, Al-Biruni termasuk ilmuwan yang pertama bersama Ibnu Al-Haitham yang mengkaji dan mempelajari ilmu optik. Dialah yang pertama menemukan bahawa kecepatan Cahaya lebih cepat dari kecepatan suara.

5.      Dalam Bidang Antropologi
Dalam ilmu sosial, Al-Biruni diangkat sebagai antropologi pertama di dunia. Ia menulis secara terperinci berkaitan dengan antropologi manusia, agama, dan budaya di Timur Tengah, Mediterania, serta Asia Selatan. Dia dipuji sejumlah ilmuwan kerana telah mengembangkan antropologi Islam.


2.    Kesan hasil daripada sumbangan Al-Biruni kepada tamadun dunia.

i)              Pengembangan Konsep

Karya Al-Biruni pada masa Barat dimulakan dengan gerakan renaisans dikaji dan diteliti ulang kemudian dibuatkan ulasan oleh ilmuan Italia bernama C.A. Nallino. Jadi, dari sana dapat terlihat dengan jelas gambaran prestasi gemilang yang telah berhasil dicapai para ilmuan muslim pada abad 10 dalam bidang astronomi. Prestasi mereka itu sudah sangat hebat sekali. Jika ini dibandingkan dengan prestasi astronomi bangsa Barat yang memasuki abad 18 saja, mereka masih sibuk membicarakan perdebatan, apakah bumi itu bundar atau datar, apakah bumi sebagai pusat tata surya ataukah matahari.

ii)            Aplikasi konsep
Teori Al-Biruni tentang penemuan harga π dapat diaplikasikan untuk menghitung luas dan keliling sebuah lingkaran, luas dan isipadu bola yang dipelajari dalam bidang matematika dan fisika. Dengan penelitian terhadap radius bumi termaksud perkiraannya tentang harga π maka kita boleh menghitung seberapa besar luas permukaan bumi yang kita tempati sekarang dan seberapa luas isipadunya.
Penemuannya dalam bidang astronomi, karografi, geodesi, geografi, geologi, mineralogy dapat diaplikasikan untuk mengetahui bentuk permukaan bumi beserta isinya dan mengetahui tentang tata surya yang dipelajari dalam bidang fisika dan geografi.
Al-Biruni mengemukakan bahawa bumi, bulan dan planet berputar mengelilingi matahari sehingga saat ini kita dapat mengetahui tentang penanggalan masehi. Bagi umat Islam, astronomi sangat penting sekali karena peribadatan dalam Islam, seperti salat, puasa, lebaran, haji, dan lain-lain berhubungan langsung dengan masalah tata surya.
Pembahagian berdasarkan garis bujur bumi, maka waktu bumi dibagi berdasarkan waktu GMT atau sekarang lebih dikenal dengan CET (Central Europian Time) iaitu bertempat di suatu kota di Inggeris yang bernama Grevinch sehingga waktu suatu tempat dapat ditentukan dengan konsep penambahan 15o ke arah timur maka waktu akan bertambah sebesar satu jam dari waktu Greenwich.

iii)           Pengembangan Konsep Ke depan
Dengan penelitian Al-Biruni tentang penentuan garis lintang dan garis bujur, maka kami berfikir di suatu saat akan menciptakan alat yang canggih di mana alat itu boleh mendeteksi lokasi-lokasi daerah yang mengandung bahan tambang tanpa terjun langsung ke daerah tersebut dengan bantuan satelit. Sesungguhnya, kemunculan Al-Biruni sebagai seorang tokoh keilmuan tersohor telah mengangkat martabat ahli falsafah daripada terus diberikan pelbagai stigma dan label yang berbentuk negatif serta merubah peranan yang sepatutnya dimainkan oleh ahli falsafah itu sendiri.



KESIMPULAN

                  Sejarah dan sumbangan Al-Biruni terhadap perkembangan peradaban islam di dunia tidak asing lagi di pentas ilmu sains pada abad pertengahan. Dunia sains mengenalnya sebagai salah seorang putera Islam terbaik dalam bidang falsafah, astronomi, kedoktoran, dan fizik. Wawasan dan pengetahuannya yang demikian luas, meletakkan dirinya sebagai pakar dan ilmuwan Muslim tersohor pada awal abad pertengahan.
                Walaupun tidak banyak catatan sejarah yang mengisahkan latar belakang pendidikannya, namun beberapa sumber menyebutkan bahawa ilmuwan ulung ini memperoleh pendidikan daripada beberapa ulama kenamaan pada zamannya, antara lain Syeikh Abdus Shamad. Dalam bidang kedoktoran, ia belajar dengan Syeikh Abul Wafa' Al-Buzayani, serta kepada Syeikh Abu Nasr Mansur bin Ali bin Iraqi dalam bidang matematik dan astronomi. Tidak hairan apabila ulama menulis ini terkenal sebagai seorang ahli dalam pelbagai bidang ilmu semenjak usia muda. 
                 Sebagai ilmuwan ulung, Al-Biruni tidak pernah berhenti menerokai dan mendalami bidang ilmu, termasuk dalam setiap pengembaraannya ke beberapa negeri, seperti ke Iran dan India. Selain menghasilkan karya, penjelajahan bersama Sultan  juga menjadikan kawasan India sebelah timur sebagai kawasan baru untuk menyebarkan dakwah Islamiah.
                 Al-Biruni memanfaatkan masa terluang melakukan kajian berkaitan adat istiadat dan budaya masyarakat tempatan. Berasaskan kajiannya inilah beberapa karya agungnya lahir. Bukan itu sahaja, Al-Biruni jugalah orang yang pertama memperkenalkan permainan catur 'ala' India ke negara-negara Islam, serta menjelaskan permasalahan trigonometri yang lebih mendalam dalam karyanya, Tahqiq Al-Hind. Kecerdikan Al-Biruni merangsang dirinya mendalami ilmu astronomi.              Al-Biruni tidak hanya dalam bidang ilmu sains. Beliau juga mahir dalam ilmu falsafah. Pemikiran falsafah Al-Biruni banyak dipengaruhi oleh pemikiran falsafah Al-Farabi, Al-Kindi, dan Al-Mas'udi (meninggal 956 M). Hidup sezaman dengan ahli falsafah dan pakar ilmu perubatan, Ibnu Sina, Al-Biruni banyak berdialog dengan Ibnu Sina, sama ada secara langsung mahupun melalui surat menyurat.
              Hasil kajian dan penelitian, akhirnya adalah untuk mengakui akan wujudnya Allah sebagai maha pencipta. Menurut Al-Biruni jika seorang ilmuwan ingin membezakan kebenaran dan kepalsuan, dia perlu menyelidiki dan mempelajari alam. Dalam bukunya Al-Jamahir, Al-Biruni juga menegaskan, "Penglihatan adalah penghubung apa yang kita lihat dengan tanda-tanda kebijaksanaan Allah dalam ciptaan-Nya. Daripada penciptaan alam tersebut kita akan menemukan kewujudan Yang Maha Pencipta". Pandangan Al-Biruni ini tentu berbeza sekali dengan pandangan saintis Barat pada zaman moden ini yang mengetepikan sains daripada agama. Pandangan mereka tentang alam seolah-olah menafikan keberadaan Allah sebagai pencipta.
                Kejayaan Al-Biruni dalam bidang sains dan ilmu pengetahuan ini turut mendapat pujian ilmuwan Barat. Max Mayerhof misalnya menyatakan, "Abu Raihan Muhammad ibn Al-Biruni digelar sebagai ahli kedoktoran, astronomi, matematik, ilmu fizik, geografi , dan sejarah. Dia mungkin sosok paling menonjol dan peneraju zaman keemasan ilmu pengetahuan Islam." Pengakuan yang sama juga dinyatakan oleh ahli sejarah asal India, Si JN Sircar. Beliau menulis "Hanya sedikit yang memahami fizik dan matematik. Di antara yang sedikit itu yang terbesar di Asia adalah Al-Biruni, sekaligus ahli falsafah dan ilmuwan. Ia pakar dalam kedua bidang tersebut." Tokoh dan ilmuwan ulung ini akhirnya menghadap Ilahi Rabbi pada 1048 M, semasa berusia 75 tahun.


RUJUKAN

44.Mohd Faizal bin Mat Pesa & Wan Mohd Tarmizi Wan Othman, Pengajian Tamadun Islam, Modul Politeknik Merllimau Melaka, Jun 2013.
55.    Mahayudin Hj. Yahya, Tamadun Islam, Fajar Bakti Sdn. Bhd, 1998.





LAMPIRAN

1.    Ilustrasi dari kerja-kerja astronomi al-Biruni, menjelaskan fasa yang berlainan bulan

2.    Rajah menggambarkan kaedah yang dicadangkan dan digunakan oleh Al-Biruni untuk menganggarkan jejari dan lilitan Bumi

3.    Empat arah dan bahagian Politik Iran oleh Al-Biruni.


4.    Buku astronomi -The Elements of Astrology

5.    Kitab berjudul Al-Jawahir atau Book of Precious Stones